Kamis, 18 Oktober 2018

Manusia dalam Filsafat



Gambar : statusmind.com
              
            
Sebagian besar dari manusia di dunia pada jaman kebodohan ini lebih mengenal teman, lingkungan dan keadaan yang ada tetapi tidak mengenal dirinya sendiri. Sebagian mereka memiliki anggapan bahwa semakin banyak mengenali orang lain semakin banyak mengenali lingkungannya maka mengenal lebih banyak orang akan memberikan peluang untuk membuka jaringan yang lebih luas.  Apabila manusia tidak bisa mengenali diri sendiri maka potensi maupun kelemahan tidak teridentifikasi dengan baik.Akhirnya apa yang menjadi kekuatan sulit di maksimalkan dan tertutup.

            Padahal manusia yang baik adalah manusia yang lebih dahulu mengenal siapa, apa, bagaimana dirinya sendiri sebelum menilai atau mengenal manusia lain. Kenali pula diri kita dari kelemahan maupun kekuatan agar kita dapat memaksimalkan potensi yang kita miliki dan dapat mengelola kelamahan menjadi kekuatan. Apabila kita berhasil mengenali diri sendiri maka besar kemungkinan kita akan mampu menguasai serta mengendalikan diri.

Diri dalam manusia memiliki 4 hal yaitu :

·        Dzat : Esensi pokok dari diri manusia 
·        Sifat : Subtansi 
·        Asma :  Realitas
·        Af’al : Aksi atau tindakan


Oleh sebabnya bisa dikatakan raga jasmani dan rohani merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan secara fisik Namun sebenarnya jasmani dan rohani dapat dipisahkan secara psikis. Dalam pemahaman orang awam yang belum mengerti benar tentang ilmu terkadang sering menyalahpahami suatu ilmu seperti halnya yang kadang sering dijumpai antara sirotol mustaqim pengertian dari masyarakat yang diketahui adalah "jalan yang lurus" padahal berbeda pengertianya yang sirotol (jalan) dan yang mustaqim (istiqomah/ ajek / tidak berubah-ubah).

Dalam pernyataannya Ki Hajar Dewantara atau yang sering kita kenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia menurutnya Manusia merupakan  sebagai titah Tuhan  yang sebenarnya juga dititipi Asma-asma-Nya. Tuhan tidak perlu dikenal secara langsung namun Tuhan bisa dikenali mahkluknya dengan menciptakan sesuatu, menciptakan alam semesta dan beserta isinya.  Manusia itu mahkluk yang dibangun dari realitas yang ada. Adapun adanya realitas, baik dan buruknya itu bergantung diri manusia sendiri yang mengelolanya.


Berangkat dari keyakinan masing masing citra Tuhan hadir dalam setiap gerakan manusia. Oleh sebabnya Tuhan juga bisa dianggap sebagai dzat yang tidak dapat diserupai oleh siapa pun yang bahkan manusia yang dianggap ciptaan-Nya yang paling sempurna. Oleh sebabnya semakin kita menggambarkan wujudnya dalam pikiran maka yang terbetuk maka sesuai dengan pola pikir diri kita masing masing.  


Pada dasarnya manusia diciptakan untuk menjadi kholifah di bumi. Akan tetapi manusia juga memiliki kekurangan, tak jarang mereka juga melatarbelakangi tindakannya dengan tidak jujur dan berdusta dan juga beberapa perilaku-perilaku yang kurang baik. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, dari pernyataan Manusia sebagai titah Tuhan karena kehadiran Allah ditakdirkan melalui asma – asma-Nya. Maka Asma yang dimaksutkan disini ialah tindakan-tindakan yang tercipta atas perilaku yang dilakukan. Oleh karenanya sebenarnya manusia sudah dititipi sifat-sifat Tuhan sejak lahir hanya saja hanya saja frekuensi atau tingkat kekuatanya jauh berbeda dengan milik Tuhan, sebagai contoh apabila manusia punya sifat sabar dan asmannya menjadi penyabar, tindakannya yaitu bersabar.  

Contoh lainnya manusia substansi hidup didunia adalah pemimpin, sebaik baiknya pemimpin adalah yang mengatur dirinya sendiri serta lingkungan, maka harus mempunyai sifat yang mana telah Tuhan berikan nama-nama sifat Tuhan kedalam cerminan diri manusia. Manusia hendaknya memiliki sifat –sifat dari nama-nama Tuhan karena Tuhan menitipkan nama-nama sifat kedalam diri manusia.


Kamis, 04 Oktober 2018

Filsafat dalam Pendidikan





Dalam dunia pendidikan kita memiliki banyak tokoh pahlawan yang mengabdikan dirinya untuk berusaha mensejahterakan kehidupan pendidikan di indonesia. Salah satunya tokoh pendidikan yang kita kenal selama ini adalah Ki Hajar Dewantara. Beliau merupakan tokoh pergerakan kemerdekaan di Indonesia yang juga seorang pelopor dalam kehidupan pendidikan di Indonesia.
Oleh sebab itulah ia mendirikan “Taman Siswa” di daerah Yogyakarta.  Ia memiliki anggapan bahwa pendidikan bisa dilaksanakan dengan tidak harus  berada di dalam kelas namun bisa terlaksanakan di alam terbuka sekalipun. Karenanya konsep taman siswa yang dibangunnya memiliki konsep seperti itu.
Seperti halnya dalam sistem pendidikan di negara Firlandia yang dikenal dengan sistem pendidikan terbaik yang meraih peringkat pertama di dunia pendidikan. Konsep-konsep dan ilmu pendidikan di negara Firlandia menganut ajaran Ki Hajar Dewantra. Tidak seperti sistem pendidikan di Indonesia, jika profesor biasa ditempatkan di perguruan tinggi , namun di negara Firlandia ini profesor banyak ditempatkan di taman kanak-kanak dan juga sekolah dasar.
Pada zaman dulu banyak negara tetangga kita yang menuntut ilmu ke Indoneia untuk menimpa ilmu mereka. Sebagai contoh Negara Malaysia. Dari yang sudah dipaparkan teman-teman saya yang sudah pernah melakukan praktek mengajar atau sering kita kenal sebagai PPL ke malaysia menyatakan bahwa banyak dari mereka mengatakan sitem kurikulum di Malaysia tidak cenderung sulit bahkan mudah. Pembelajarannya lebih santai dan menyenangkan. Namun berbeda dengan anggapan mahasiswa dari perguruan tinggi di Malaysia yang melaksanakan praktek mengajar di Indonesia. Mereka beraggapan bahawa sistem pendidikan di Indonesia lebih berat dibanding dengan negaranya. Baik dalam segi kurikulum, materi, model atau metode pembelajarannya karena di Indonesia dituntut untuk banyak berfikir.
Seperti yang saya kutip dari penjelasan Moh. Aniq Kbh dosen Filsafat Pendidikan saya, metode pembelajaran yang cocok untuk Indonesia  yaitu menggunakan metode cerita. Oleh sebabnya di Indonesia banyak terlahir berbagai jenis cerita, misalnya saja cerita fabel, cerita rakyat, dongeng, dan lain sebagainya.
Ada salah satu buku Ki Hajar Dewantara yang berisi tentang pendidikan nasional, politik pendidikan, pendidian kanak-kanak, pendidikan kesenian, pendidikan keluarga, ilmu jiwa (psikologi), ilmu adab (moral), dan bahasa. Dalam bukunya salah satunya menyatakan tentang pendidikan nasional. Pendidikan nasional dapat diartikan sebagai kesadaran berpendidikan nasional. Kesadaran berpendidikan nasional lahir dari rasa kemerdekaan. Rasa kemerdekaan bagi kalangan normatif adalah kebebasan. Artinya  Kemerdekaan yaitu mengetahui batasan atau memahami batasan. Pendidikan lahir dari rasa kemerdekaan.
Uniknya Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa Kemerdekaan terdiri dari 3 Hal yakni :
1)      Berdiri sendiri /Independents.
2)      Tidak tergantung dengan orang lain.(tidak menggantungkan)
3)      Dapat mengatur dirinya sendiri

_________________________________________________________________________________
Sumber :
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
isna zulfa (15120265)
Amalia Ayu Lestari (15120065) 
Ika sofiana 15120299
Nofiana Ulfa (15120055)
Yulanta Ilham amalia (15120276)
Anita Tri Yuniarti (15120247)
Afif Zaenal (15120096)
Azzah nurlaela (15120245)
Suci Yulianti Lestari (15120379)
Feby Rohma Awalia (15120093)
Angilia Herli Lutfiyani (15120088)
Risha Ardhanty (15120079)
Sri Kartika asih ( 15120388 )
Bayu kurniawan (15120057)
Abu Rizal Bakri (15120482)
Muhammad khoirul ulum 15120248
Nida Nur Fauziyyah (15120094)
Ika Arum Pujiastuti (15120268)
Dita Ihsaniah Putri (15120069)