Gambar : statusmind.com
Sebagian besar dari manusia di
dunia pada jaman kebodohan ini lebih mengenal teman, lingkungan dan keadaan
yang ada tetapi tidak mengenal dirinya sendiri. Sebagian mereka memiliki anggapan bahwa semakin banyak mengenali orang lain semakin banyak mengenali lingkungannya maka mengenal lebih banyak orang akan memberikan peluang untuk membuka jaringan yang lebih luas. Apabila manusia tidak bisa mengenali diri sendiri maka potensi maupun kelemahan tidak teridentifikasi dengan baik.Akhirnya apa yang menjadi kekuatan sulit di maksimalkan dan tertutup.
Padahal manusia yang baik adalah manusia yang lebih dahulu mengenal siapa, apa, bagaimana dirinya sendiri sebelum menilai atau mengenal manusia lain. Kenali pula diri kita dari kelemahan maupun kekuatan agar kita dapat memaksimalkan potensi yang kita miliki dan dapat mengelola kelamahan menjadi kekuatan. Apabila kita berhasil mengenali diri sendiri maka besar kemungkinan kita akan mampu menguasai serta mengendalikan diri.
Diri dalam manusia memiliki 4 hal yaitu :
· Dzat : Esensi pokok dari diri manusia
·
Sifat
: Subtansi
·
Asma
: Realitas
·
Af’al
: Aksi atau tindakan
Oleh sebabnya bisa dikatakan raga
jasmani dan rohani merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan secara
fisik Namun sebenarnya jasmani dan rohani dapat dipisahkan secara psikis. Dalam
pemahaman orang awam yang belum mengerti benar tentang ilmu terkadang sering
menyalahpahami suatu ilmu seperti halnya yang kadang sering dijumpai antara
sirotol mustaqim pengertian dari masyarakat yang diketahui adalah "jalan
yang lurus" padahal berbeda pengertianya yang sirotol (jalan) dan yang
mustaqim (istiqomah/ ajek / tidak berubah-ubah).
Dalam pernyataannya Ki Hajar
Dewantara atau yang sering kita kenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia
menurutnya Manusia merupakan sebagai titah Tuhan yang
sebenarnya juga dititipi Asma-asma-Nya. Tuhan tidak perlu dikenal secara
langsung namun Tuhan bisa dikenali mahkluknya dengan menciptakan sesuatu,
menciptakan alam semesta dan beserta isinya. Manusia itu mahkluk
yang dibangun dari realitas yang ada. Adapun adanya realitas, baik dan buruknya
itu bergantung diri manusia sendiri yang mengelolanya.
Berangkat dari keyakinan masing
masing citra Tuhan hadir dalam setiap gerakan manusia. Oleh sebabnya Tuhan juga
bisa dianggap sebagai dzat yang tidak dapat diserupai oleh siapa pun yang
bahkan manusia yang dianggap ciptaan-Nya yang paling sempurna. Oleh sebabnya
semakin kita menggambarkan wujudnya dalam pikiran maka yang terbetuk maka
sesuai dengan pola pikir diri kita masing masing.
Pada dasarnya manusia diciptakan
untuk menjadi kholifah di bumi. Akan tetapi manusia juga memiliki kekurangan,
tak jarang mereka juga melatarbelakangi tindakannya dengan tidak jujur dan
berdusta dan juga beberapa perilaku-perilaku yang kurang baik. Seperti yang
sudah dijelaskan diatas, dari pernyataan Manusia sebagai titah Tuhan karena
kehadiran Allah ditakdirkan melalui asma – asma-Nya. Maka Asma yang dimaksutkan
disini ialah tindakan-tindakan yang tercipta atas perilaku yang dilakukan. Oleh
karenanya sebenarnya manusia sudah dititipi sifat-sifat Tuhan sejak lahir hanya
saja hanya saja frekuensi atau tingkat kekuatanya jauh berbeda dengan milik
Tuhan, sebagai contoh apabila manusia punya sifat sabar dan asmannya
menjadi penyabar, tindakannya yaitu bersabar.
Contoh lainnya manusia
substansi hidup didunia adalah pemimpin, sebaik baiknya pemimpin adalah yang
mengatur dirinya sendiri serta lingkungan, maka harus mempunyai sifat yang mana
telah Tuhan berikan nama-nama sifat Tuhan kedalam cerminan diri manusia.
Manusia hendaknya memiliki sifat –sifat dari nama-nama Tuhan karena Tuhan
menitipkan nama-nama sifat kedalam diri manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar